Jumat, 12 Oktober 2012

Are you love Indonesia? Really?

Nasionalisme, sebaris kata yang mungkin sudah tidak asing ditelinga kita, namun bila diminta mendeskripsikan, sebagian besar pasti merasa kesulitan. Beberapa mungkin malah merasa itu sebaris kata basi dan bertingkah tidak perduli. Padahal apa ruginya membangun lalu mengisi satu ruang kosong di hati agar nasionalisme tertanam mati. Toh negeri ibu pertiwi ini sudah memberikan banyak  manfaatnya yang kadang lupa untuk kita syukuri. Sebagian mungkin malah mengidentikkan nasionalisme dengan demonstrasi atau malah teriakkan perjuangan ditengah jalan. Itu hanya salah satunya, jika kalian tidak suka dengan cara mereka, jangan malah membuang muka. Ciptakan jalan dengan cara kalian, tunjukkan apa yang seharusnya dilakukan. Jangan bersikap antipati, Indonesia masih butuh kita dan bagaimanapun kita terlahir tercipta di tanah ini.

Jelas bahwa nasionalisme merupakan pilar hati yang harus dimiliki oleh setiap generasi agar kita tidak berhenti perduli dan tetap mencintai negeri ini. Subjek yang paling tepat untuk menanamkan dan menyebarkan rasa nasionalisme adalah mahasiswa. Oleh karena itu, saat mendengar penjelasan Pak Posma bahwa salah satu sasaran dari IT Telkom pada poin ketiganya adalah tentang nasionalisme, saya merasa bangga. Karena, seperti apa yang dikatakan Pak Posma, mungkin baru IT Telkom saja universitas yang memasukkan hal berbau nasionalisme sebagai landasan sasaran kegiatannya.
Karena itu, jika lingkungan dan sekitar saja sudah mendukung sedemikian rupa, maka pergerakan kembali ke diri kita. Sebenarnya ada banyak cara untuk mempublikasikan kecintaan kita terhadap Indonesia. Begitu banyaknya media dan berkembangnya teknologi turut memberikan akses kemudahan untuk menularkan, menyebarkan dan menyerukan sesuatu ke sasaran yang kita inginkan. Mungkin hanya cara dan ‘kemasannya’ yang perlu kita pikirkan dengan baik agar tepat sasaran dan tidak menimbulkan penafsiran yang tidak diinginkan.

Salah satu kemasan kegiatan yang saya berikan acungan jempol adalah clothing line milik Daniel Mananta yang bernama Damn! I Love Indonesia. Daniel Mananta sendiri adalah seorang entertaint keturunan tionghoa yang menyalurkan rasa kagum dan cintanya terhadap Indonesia dengan melabelkan setiap kaos yang dia buat dengan tulisan Damn! I love Indonesia.  Brand Damn! I love Indonesia mulai dicetuskan Daniel di tanggal 28 Oktober 2008. Awalnya pakaian tersebut hanya dikenakan olehnya dan teman-temannya saja. Selanjutnya agar semangat mencintai Indonesia bisa sampai di telinga anak muda Indonesia lainnya, Daniel dan kawan-kawannya pun mulai merancang clothing line komersilnya dengan lebih serius yang hasil penjualannya sebagian akan disisihkan untuk membantu anak muda lainnya yang tidak mampu namun ingin meneruskan pendidikan atau membuka usaha. Selain itu mereka pun mulai membuat event untuk memperkenalkan gerakan nasionalisme berbungkus fashion ini sekaligus melakukan penggalangan dana untuk membantu korban bencana di Indonesia.

Gerakan Damn! I love Indonesia tidak berhenti sampai disitu saja. Untuk makin melibatkan anak muda Indonesia, terkadang pada hari tertentu seperti sumpah pemuda, mereka mengadakan perlombaan desain kaos, acara musik dan penulisan artikel yang hasilnya selalu mereka publish di website http://damniloveindonesia.com/ yang baru mereka buat di tahun 2012. Namun sebelum adanya website ini, mereka menularkan semangat mereka melalui jejaring sosial lainnya seperti facebook, multiply dan twitter.

Sebenarnya masih banyak contoh lain gerakan anak muda yang menurut saya patut kita hargai dan ikuti. Mereka menyuarakan Indonesia melalui cara dan jalan mereka sendiri. Ada yang memilih jalur menulis, musik dan fashion sebagai pergerakannya. Tentu saja menurut saya, cara mereka lebih tepat sasaran, menyentuh dan langsung pada tindakan. Sudah bosan rasanya berteriak dijalan sana, menuntut perubahan dan perbaikan tapi ‘mereka’ hanya diam, untung-untung jika didengarkan, jika tidak?

Oleh karena itu, saya pikir ini bukan saatnya lagi kita berharap dan menuntut dengan teriakkan. Ini sudah jamannya tuntutan dan keprihatinan disampaikan dengan cara elegan. Kita, mahasiswa, anak muda adalah roda penggeraknya. Dimulai saja dari hal-hal kecil untuk memperbaiki dan memulainya. Semuanya kembali kepada diri kita, banyak contoh didepan sana yang melakukan satu kegiatan dengan banyak tujuan dan ‘kemasan’. Mereka menyuarakan Indonesia sekaligus mengembangkan usaha dan melakukan hal yang mereka suka. Jadi sebenarnya apa ruginya mencintai Indonesia?. Mungkin selama ini yang salah hanya cara dan sudut pandang kita.

Jika kita mulai muak dengan korupsi, tingkah para anggota dewan yang niat tidak niat mengikuti rapat hingga pertikaian antara KPK dan polri yang tiada henti. Alihkanlah segala informasi negatif Indonesia di mata dunia dengan sesuatu yang membuat bangga dan menonjolkan sisi positifnya. Jangan tutup mata kita dan jangan berteriak marah jika tiba-tiba ada budaya Indonesia yang diakui oleh negara tetangga. Evaluasi diri saja, buka mata dan ingat-ingat tindakan kita. Sudahkah selama ini kita menjaga?. Sudahkah selama ini menunjukkan kepedulian kita?. Dan sudahkah kita benar-benar mencintai Indonesia?. Jika iya, lalu mana buktinya? :) 

sudah lama tidak menulis begini, terima kasih tugas inov..

0 komentar:

Posting Komentar