Minggu, 31 Maret 2013

"dan tidak semua hal layak diabadikan. hanya yang terpilih. hanya yang terbaik."

Kamis, 21 Maret 2013

Apa cuma Saya?

Apa cuma saya yang sedang merasa begitu jatuh dan berada di titik rendah?
Apa cuma saya orang yang sadar melakukan sesuatu yang berlebihan dan percuma tapi nggak bisa mengontrolnya?
Apa cuma saya yang sedang merasa begitu pasrah dan berserah diri sama Allah?
Apa cuma saya yang merasa menjalani saja hidup sekedarnya tanpa ada passion disetiap harinya?
Apa cuma saya yang merasa berhak mendapat Oscar karena akting yang sempurna setiap harinya untuk terlihat baik-baik saja?
Apa cuma saya yang begitu muak dengan diri sendiri yang nggak mau dengerin logika dan selalu nurutin hati?
Apa cuma saya yang pernah begitu marah dan nggak tahu harus melampiaskannya dengan apa dan siapa?
Apa cuma saya yang pernah merasa capek tapi sama sekali nggak bisa tidur?
Apa cuma saya yang selalu membuang air mata sia-sia disetiap malamnya?
Apa cuma saya yang kini merasa begitu pesimis? Lalu apatis dan merasa tidak akan pernah mau lagi merasa jatuh cinta sedalam masa lalu?
Apa cuma saya yang tidak pernah mau lagi berharap apa-apa dan ketergantungan dengan orang lain?
Apa cuma saya orang bodoh yang masih menjejali pikiran dengan kenangan lalu memuntahkannya dalam bentuk tangisan?
Apa cuma saya yang pernah selintas berfikir bahwa pernikahan yang kelak terjadi hanyalah sekedar ikatan formal tanpa perasaan?
Apa cuma saya yang kadang begitu ketakutan untuk mengijinkan orang lain menyentuh hati dan hidup saya lagi?
Apa cuma saya yang terkekang perasaan sia-sia ini?
Apa cuma saya?

Istimewa

"Mungkin itu kelihatan tidak wajar karena saking istimewanya"

Kontak Batin

Dulu, sering banget ada kejadian dimana kita mau ngelakuin hal yang sama pada saat bersamaan. Contoh saat kamu kangen dn mau nelfon atau sms, tiba-tiba aku duluan yang sms atau telfon kamu dn bilang kangen. Begitu juga sebaliknya di lain hari.
Di lain waktu saat aku nangis sambil mikirin kamu, tiba-tiba kamu kirim pesan singkat ke aku hanya untuk sekedar bilang "Jangan sedih, jangan nangis"
Aku sampai sekarang nggak pernah tahu kenapa hal yang ganjil tapi sweet itu bisa terjadi di antara kita. Seolah apa yang kita rasain dan pikirin saling sampai satu sama lain. Padahal kita sama-sama tahu, kita nggak punya 'kekuatan' apapun.
Ada yang bilang kalo peristiwa kayak gitu terjadi karena adanya kontak batin. Kontak batin bisa ada, sebab dua orang yang mengalaminya sudah saling dekat dan menyayangi satu sama lain.
Tapi, entah kenapa kalo kita lagi berantem dan aku berusaha konsentrasi agar bisa menyampaikan apa yg aku pikirkan. Malah pikiran itu kenyataannya ga pernah sampai. Kita malah berdebat berkepanjangan, ngalah-ngalahin calon presiden :))

Sekarang, aku nggak tahu apakah yang kita rasain bakal saling sampai?
Sayangnya aku nggak bisa mengecek lagi kebenarannya karena aku nggak punya hak dan akses lagi untuk nanya ke kamu. Because, i want to keep our promise although this is so hard for us.
Tapi aku harap apa yang aku rasain akhir-akhir ini bisa sampai ke kamu. Nggak ada maksud apa-apa, hanya saja rasanya cuma kamu yang nggak pernah bosan dengar ceritaku. Orang lain sudah muak sepertinya dan aku harus kelihatan kuat supaya mereka nggak benar-benar muntah lihat sedihnya aku yang belum ketemu ujungnya sampai sekarang.

Jumat, 15 Maret 2013

Katy Perry - Thinking Of You

video: http://www.youtube.com/watch?v=GyYEMXHIVAU

Comparisons are easily done
Once you've had a taste of perfection
Like an apple hanging from a tree
I picked the ripest one
I still got the seed

You said move on
Where do I go
I guess second best
Is all I will know

Cause when I'm with him
I am thinking of you
Thinking of you
What you would do if
You were the one
Who was spending the night
Oh I wish that I
Was looking into your eyes

You're like an Indian summer
In the middle of winter
Like a hard candy
With a surprise center
How do I get better
Once I've had the best
You said there's
Tons of fish in the water
So the waters I will test

He kissed my lips
I taste your mouth
He pulled me in
I was disgusted with myself

Cause when I'm with him
I am thinking of you
Thinking of you
What you would do if
You were the one
Who was spending the night
Oh I wish that I
Was looking into...

You're the best
And yes I do regret
How I could let myself
Let you go
Now the lesson's learned
I touched it I was burned
Oh I think you should know

Cause when I'm with him
I am thinking of you
Thinking of you
What you would do if
You were the one
Who was spending the night
Oh I wish that I
Was looking into your eyes
Looking into your eyes
Looking into your eyes
Oh won't you walk through
And bust in the door
And take me away
Oh no more mistakes
Cause in your eyes I'd like to stay...

Kamis, 14 Maret 2013

harus begitu ya?

Unfriend, delcon, hapus mutual friend. Harus begitu ya caranya?. Tapi ya sudahlah, setiap orang punya cara masing-masing buat mengatasi masalahnya. (Mungkin) Dia ngerasa lebih sakit daripada saya. Kalau memang begini membuat semua lebih baik dan lebih cepat berlalu, saya terima saja. Take care kamu yang disana, hope you'll have a happy life :)

Rabu, 13 Maret 2013

A Faith

"You’ve got to have faith. Even a little. That’s what keeps you going" 
-Einstein

Ahh..this sentences strongly attached on my mind. 
So, if we don't have a faith even a little, hmm what should we do? :)

Senin, 11 Maret 2013

Samar

entah sejak kapan mengingat menjadi kegiatan menakutkan
jelas disini ada luka yang yang menjelma semenjak kita tak lagi ada
jika sudah meninggalkan luka
mengapa kenangan bermultifungsi melarutkan tawa
hingga aku hampir lupa icip bagaimana itu bahagia
serta buncahannya yang menyeruak riang di dada
tak ada lagi yang lebih rahasia dari sebuah rasa yang terkunci semenjak kesepakatan membunuh harapan
membuahkan pencetusan sebuah perpisahan
masing-masing dari kita dengan yakinnya melafalkan dengan jelas intonasi kesendirian
walau kita sama tahu bahwa kesepian selalu butuh teman
tak ada lagi yang sanggup ku jelaskan
sebab kau begitu fasih mengeja kesalahan
hingga sanggup mengunci setiap kata yang bahkan belum sempat kurangkaikan
tanganku kaku, kugenggam lirih rindu
tak ada yang sanggup membendung amarahmu, tak jua pelukku
samar kubaca kasih itu yang terkunci kelu dihempas kecewamu
sungguh bukan mau ku
tak sanggup kata juga air mata menjelaskan segala
biarlah fakta berjelaga
hingga suatu saat bermuara ditepian tenangmu
mewujudkan pemahaman walau semuanya tlah terlewatkan
biar ini tersimpan, dikemas pilu terikat rindu
walau membuat kita memerah tak berarah serta terombang ambing pasrah

hanya saja, serahkan waktu bergumul dengan luka 
hingga memetamorfosakan kesedihan menjadi sekedar tertawaan di masa depan
jauh dari luka. terbelunggu jauh dari asa.
rela.


Bandung yang mendingin sehabis hujan,
11 maret 2013

Beginilah hujanku

terik itu perlahan sirna
mendung memenangkan pergumulannya
mendorong cahaya matahari hingga ia bersembunyi
disekap awan
sementara ia menjadi tawanan, dikalahkan hujan

beginilah hujanku..
tanpa peringatan, tanpa kilatan
suara keroyokan hujan berjatuhan
memandikan semesta
membasuh tanah yang berdahaga
lalu menguap, mengeluarkan aroma

kebisingan tetesan hujan
tak jua mempurnakan kegaduhan kenangan yang mengetuk kerinduan
berusaha menyeretnya dari pelarian ke masa depan

beginilah hujanku..
bagaimana disitu?
apa kau pasrah atau menggerutu?

payungku basah
perlahan aku menengadah, menantang langit yang mulai tampak remang
hujan tak jua menjadi ramah
entahlah apa yang membuatnya begitu marah
memuntahkan berkubik-kubik air yang berjatuhan pasrah

beginilah hujanku..
sama kah langit yang kita tantang?
atau kah kamu hanya sedang terduduk diam
menikmati setiap alunan yang hujan ciptakan?

aku menikmatinya
membuatku tanpa sadar mendendangkan kerinduan
yang entah frekuensinya seirama atau tidak denganmu

biarlah kali ini saja tidak kulawan
tak jua kumuntahkan tangisan
biarlah cukup hujan mewakilkan
mengungkapkan segala perasaan yang rapi tersimpan

hujan, kenangan
bersenandung riang
kerinduan itu lebam dan kedinginan

beginilah hujanku..
apa tak jauh beda denganmu?


Bandung, ditemani gemuruh hujan serta segumpal kerinduan
11 maret 2013

Jumat, 08 Maret 2013

Gadis Kecil Hujan

     Hujan tiba-tiba mengguyur deras kota Bandung sore ini, setelah seharian panas matahari menguasai dunia. Para pengendara motor yang tidak memakai jas hujan buru-buru menepikan motornya di emperan toko untuk berteduh. Para pejalan kaki pun mulai berlarian menghindari hujan. Sebagian dari mereka ada yang melengos pasrah tapi tak sedikit juga yang mendengus kesal seperti seorang gadis yang sedang  berdiri sambil menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal di depan sebuah lembaga kursus. Hadirnya hujan makin memperkeruh suasana hatinya yang telah menunggu di depan tempat kursus itu selama dua jam. Air hujan memercikkan kotornya tanah ke kaki gadis itu yang bernama Dina. Dina sedang menunggu jemputan sopirnya, dia menunggu dengan berdiri karena tempat kursusnya telah tutup dari tadi. Tak ada pilihan lain, dia terpaksa menikmati hujan yang makin menyebabkan kemacetan.   Dina memandangi jam tangannya, jarum jam menunjukkan pukul setengah 7  malam. Dia sudah benar-benar tidak sabar, perutnya terasa keroncongan dan sekarang gara-gara hujan dia kedinginan. Dirogohnya handphone di dalam tasnya dengan tergesa-gesa, lalu cepat-cepat menekan sebaris nomor dengan kesal. Terdengar nada sambung, tak beberapa lama ada sahutan di seberang sana.
“Halo mbak?” sahut suara itu
“Halo, pak Joko dimana?. Kenapa lama sekali?. Dina sudah nunggu disini dua jam Pak, keterlaluan” Dina mengomel dengan sopirnya, Pak Joko.
“Maaf mbak, tadi Bapak mesti mengantar Tuan ke acara meeting. Sekarang sedang terjebak macet mbak, gara-gara hujan. Sepertinya banjir mbak” jawab Pak Joko takut-takut.
“Ahh...kenapa pakai macet segala sih, banjir pula. Ya sudah lah, pokoknya cepat ya Pak. Soalnya Dina sudah kelaparan dan kedinginan!” Dina langsung mematikan handphonenya. Agak menyesal juga dia, karena sudah marah-marah dengan Pak Joko. Padahal ini bukan salah Pak Joko tapi hujan. Lagi-lagi Dina mengutuk hujan dalam hati lalu kemudian menghela napas panjang, berharap emosinya akan sedikit mereda.
       Hujan tak juga menunjukkan tanda-tanda akan berhenti padahal bahu jalan sudah mulai terendam oleh air, sepertinya banjir akan segera hadir. Mata Dina tiba-tiba tertumbuk pada sekelompok anak yang berlarian di tengah hujan dengan membawa payung. Tetapi tak satupun dari mereka yang menggunakan payung itu untuk menaungi tubuhnya, mereka malah menawarkan payung-payung itu kepada para pejalan kaki yang berteduh di emperan toko.  Dina memandangi seorang gadis kecil yang memakai baju pink, anak itu menyita perhatiannya. Sebab dia yang terlihat paling bersemangat dan bahagia. Dia tertawa kegirangan dan berlari-lari gembira setelah sebuah mobil melaju kencang menyiramkan air genangan ke pinggir jalan lalu mengenai tubuhnya. Sepertinya dia menganggap hal itu adalah hiburan dan permainan di tengah pekerjaanya, ojek payung, itu sebutan bagi mereka. Dina mengedarkan pandangannya ke anak-anak ojek payung lainnya, sekujur tubuh mereka basah tapi tak satupun mendengus kesal seperti dirinya. Dina menggelengkan kepalanya, tak habis pikir anak-anak seusia mereka terpaksa harus bekerja.
“Teteh payung teh?” Dina terlonjak kaget, anak berbaju pink itu tiba-tiba sudah ada disamping Dina sambil menawarkan payungnya dengan tersenyum ceria. Menggemaskan. Mengingatkan Dina dengan sosok adiknya, Lisa, yang telah ‘pergi’ karena demam berdarah yang menyerangnya. Sudah dua tahun peristiwa itu berlalu, tapi luka itu masih tetap ada. Dina tersenyum kecut, dadanya terasa sesak.
“Nggak adek. Terima kasih” tolak Dina halus. Anak itu tersenyum lalu beranjak pergi. Tiba-tiba Dina memanggilnya kembali, ada keinginan untuk mengenal anak itu.
“Adek!” anak itu mendatangi Dina lagi dengan tersenyum lebar.
“Teteh jadi payungnya?” tanyanya dengan ceria. Dina menggeleng.
“Nggak. Adek temani teteh ngobrol aja ya?” pinta Dina sambil tersenyum. Anak itu tampak ragu.
“Kenapa dek?”
“Dibayar nggak teh?” Dina tertawa dengan pertanyaan polos anak itu.
“Pasti!”
“Ya udah. Ririn mau temanin teteh ngobrol deh!” jawabnya gembira.
“Oh..jadi namanya Ririn?. Kenalin teteh namanya Dina”
“Teh Dina” anak itu mengulanginya.
“Iya bener. Eh Ririn kok main hujan sih Rin?  Ntar sakit loh, basah gini lagi bajunya”
“ Ih teteh, Ririn mah nggak main hujan. Tapi ririn kerja teh, ojek payung!” jawabnya bangga sambil bergaya dengan mengehentakkan payungnya, Dina tertawa. “Makanya Ririn udah kebal sama yang namanya hujan!” Ririn tertawa nyengir.
“Hebat. Jago nih si Ririn!” Dina mengacungkan jempolnya sambil tertawa.
“Iya dong. Oh iya, Ririn juga ngamen Teh di sekitar sini kalau nggak hujan, setiap hari. Suara Ririn bagus loh!” lalu tanpa malu-malu, Ririn menyanyikan lagu bintang kecil sambil bergaya ngebor seperti penyanyi favoritnya. Dina tertawa terbahak-bahak.